Wednesday, February 12, 2014

Malam Minggu Ceria Di Stella Maris

Malam Minggu Ceria Di Stella Maris

Kisah ini merupakan pengalaman nyata yang saya alami sendiri,cerita ini ditulis tanpa bermaksud mendiskreditkan atau membela salah satu pihak yang terlibat dalam cerita ini,karena,kerjaan saya adalah seorang marketing di salah satu perusahaan komputer,sudah bekerja sekitar 6 tahun,memegang divisi sparepart(hmm..kok jadi seperti CV di lamaran kerja ya) dan bukan pengacara, jaksa penuntut umum atau hakim apalagi salah satu anggota KPK(bukan Kelompok Peminum Kopi ya..hehehe).Ok deh,mari kita mulai kisah sedih di malam minggu saya..jeng..jeng..jeng(bisa ditambahkan dengan suara lolongan serigala dan petir yang menyambar biar lebih menambah kesan dramatis dan horor).

Sabtu,4 Januari 2014,

Sekitar Pk 19.30 wita,

UGD RS.Siloam


D             : Dokter.

M            : Mama saya.


Setelah menekan – nekan perut sebelah kanan saya,dokter akhirnya berbicara kepada saya dan orang tua saya.


D             : “Ibu,ini positif usus buntu,harus segera diambil tindakan,kalau tidak ususnya bisa pecah dan   semakin fatal akibatnya”.

M            :”Ok,baik dokter,tapi saya minta sebaiknya anak saya tidak usah dirawat disini,nanti dirawatnya di Stella maris saja,biaya lebih terjangkau”

D             :”Baik,langsung pindahkan kesana malam ini,supaya saya bisa operasi dalam 1 – 2 hari ini”

M            :”Terimakasih dokter”.


Dan akhirnya saya dan orangtua bergegas meninggalkan salah satu rumah sakit “bintang lima” yang ada di kota kami itu tanpa menoleh sedikitpun, karena ,takut berubah jadi patung garam..:p


4 Januari 2014

Sekitar Pk 21.25 wita

UGD RS.Stella Maris

S              : Suster
P             : Papa
M            : Mama
Sy           : Saya

Mama mengetuk-ngetuk loket pendaftaran ruang ICU RS.Stella Maris,tidak lama setelah itu salah satu suster muncul(tidak dengan ngesot saudara-saudara),beliau pun berbicara kepada kedua orang tua saya.

 S              : “Hanya dua orang penjaga yang bisa masuk menemani pasien,yang lain di luar ya”

P & M    : “Iya suster”,sambil mengangguk bersamaan persis kayak boyband dan girlband yang berkolaborasi.


Sampai di dalam ruangan UGD suster pun mulai bertanya

 S              : “Yang mana pasiennya?”

Sy           : “Saya suster”,sambil mengacungkan jari

S              :”Ok,baik,tunggu di kamar sini dulu ya,nanti ibu urus administrasi diruangan itu dulu”.

Sambil memberikan arahan kepada mama,suster menyuruh saya masuk ke salah satu kamar yang berseberangan dengan ruangan UGD tersebut,saya tidak tahu apa nama ruangan tersebut,hanya sebuah kamar yang berukuran sekitar 5 x 5 meter berisikan 6 tempat tidur.Saya pun duduk di salah satu ranjang yang ada,setelah menunggu sekitar 20 menit saya mulai bosan dan (jujur) sedikit merinding.Saya berjalan ke salah satu sudut ruangan rumah sakit yang biasa digunakan sebagai ruang tunggu dan ruang registrasi,tidak lama setelah duduk di sana saya bertemu papa saya.

Sy           : “Pa,kamar sudah ada?”

P             :”Sudah,di kelas 3,lantai 2,mau lihat?”

Sy           :”Ok”.Saya pun menyusul papa saya yang lebih duluan berjalan.

Setelah kami sampai di kamar,saya pun duduk di atas ranjang,sambil ngobrol dengan adik perempuan saya.Sekitar 15 – 20 menit kami mengobrol,suster datang dengan mama saya,suster bertanya dengan sedikit heran dan agak kesal,mama saya pun bertanya dengan nada heran.


S              : “Lho,pasiennya mana?”

Sy           :”Saya suster”,sambil mengacungkan jari dan memasang tampang selugu mungkin.

M            :”Kok bisa sampai disini?”

Sy           :”Papa yang antar”,saya menjawab dengan santai

S              :”Tapi,prosedurnya bukan seperti ini pak,bapak harus didaftar dibawa terlebih dahulu”

Sy           :”Lho,bagaimana caranya suster?saya dicuekin sekitar 20 menit di ruangan bawah,saya jadi bosan,trus ketemu papa saya dan papa saya tunjukkan kamar saya,akhirnya saya ikut beliau ke atas sini”

P             :”Iya,ini mending pasiennya bukan pasien gawat,coba kalau pasien gawat,sudah keburu mati suster”.Papa menjawab dengan tajam setajam silet.

Sy           : Bergumam dalam hati,”mungkin saya dikira salah satu penjaga pasien,atau cleaning service atau mungkin justru dikira salah satu “penunggu” rumah sakit”.


The moral of the story.

Kalau anda akan diopname di rumah sakit,jika ingin cepat dilayani,pasanglah tampang semenderita mungkin,semengenaskan mungkin,bisa juga ditambah dengan efek erangan,teriakan atau sambil mencakar-cakar dinding rumah sakit,dijamin,anda akan cepat dilayani oleh pihak Rumah Sakit JIWA

 

No comments:

Post a Comment